Lift tercepat di dunia ada di China
Merdeka.com - Hitachi Corporation - perusahaan yang berbasis
di Jepang - telah mengumumkan bahwa mereka akan membangun lift yang akan
mencapai kecepatan 72km/jam. Lift ini akan menjadi bagian dari gedung
pencakar langit yang dibangun di Guangzhou, China.
Menurut
laporan rocketnews24, lift tersebut akan dipasang di Guangzhou CTF
Financial Centre. Dengan menggunakan lift ini, perjalanan dari lantai
pertama sampai lantai ke-95 dapat ditempuh hanya dalam waktu 43 detik.
Gedung
Guangzhou CTF Financial Centre sendiri dijadwalkan akan selesai pada
tahun 2016 mendatang. Menjulang setinggi 530 meter, gedung ini akan
memiliki 111 lantai dan ratusan lift.
Sekadar informasi,
kecepatan lift tertinggi di dunia saat ini mencapai hampir 60,6 km/jam.
Bisa Anda bayangkan jika kecepatannya bisa dinaikkan menjadi 72km/jam?
Uang bagi milyuner MoskovitzBagi sebagian orang, nama Dustin Moskovitz mungkin tidak setenar Mark
Zuckerberg. Namun, dia adalah satu diantara pendiri situs jejaring
sosial Facebook,
bersama Zuckerberg, Eduardo Saverin dan Chris Hughes pada tahun 2004.
Waktu itu usia meraka masih awal 20-an sebagai mahasiswa Harvard
University.
Saat ini, tahun 2014 usia Moskovitz 29 tahun, dan dia
bercokol dalam deretan anak muda di bawah 30 tahun yang terkaya di
dunia versi majalah Forbes. Moskovitz yang kini mendirikan Asana.com
memiliki kekayaan USD 6,8 miliar. Dia berderet dengan tiga anak muda
lainnya, Parenna Kei, 24 tahun (Logan Property) dengan kekayaan USD 1,3
miliar, Anton Kathrein Jr., 29 tahun (Werge AG, antena) kekayaan USD
1,35 miliar, dan Mark Zuckerberg, 29 tahun ( Facebook) dengan kekayaan USD 28,5 milyar.
Moskovitz
tidak sampai bertahan lama di Facebook, hanya 4 tahun. Pada 2008 dia
cabut dari FB dan menjual saham kepemilikannya sebesar 6% senilai USD
1,4 miliar. Setelah keluar dari FB dia membuat situs project management
dengan nama asana.com. Asana diambil dari nama gerakan dalam yoga.
Oleh
banyak kalangan, Asana diyakini sebagai web services yang efisien
digunakan untuk kegiatan pribadi maupun kelompok yang membutuhkan task
management (pengaturan tugas). Dia membuat web tersebut karena
pengalamannya ketika di Facebook sering memimpin proyek pembuatan
aplikasi yang dikerjakan banyak orang dalam sebuah tim. Tak heran bila
kemudian Asana mendapatkan banyak gelontoran dana dari investor, antara
lain Benchmark Capital dan Andressen Horowitz sekitar USD 9 juta.
Penggunanya pun tumbuh pesat, sekitar puluhan ribu data project
management ada di situ. Karenanya, nilai kapitalisasi Asana pun tumbuh
terus karena dinilai efektif dan banyak pengguna.
Menurut
Forbes, kekayaan Moskovitz naik pesat atau meningkat 245 persen pada
tahun lalu. Selain dari uang penjualan saham di Facebook, peningkatan
nilai perusahaan Asana, juga karena Moskovitz membeli saham Digital Sky
Technologies sebuah perusahaan patungan Eropa yang melakukan investasi
ke Facebook sebesar USD 200 juta. Saham FB naik, harta Moskovitz
otomatis naik juga.
Namanya tiba-tiba membetot dunia, ketika
dalam acara Oprah Winfrey, akhir tahun lalu dia menyumbangkan uang
sebesar USD 100 juta, yang diperuntukkan ke beberapa sekolah di Newark,
AS. Sumbangan itu merupakan rekor untuk pemuda seusianya. Moskovitz juga
menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk yayasan Bill & Melinda
Gates yang bergerak di amal untuk edukasi. Kecuali itu, Moskovitz juga
memberikan dana USD 70 ribu untuk Proposition 19, sebuah RUU tentang
pengaturan barang psikotropika di California dengan maksud mengurangi
kejahatan.
Apa yang Anda bayangkan tentang Moskovitz mungkin
senada dengan kebanyakan orang, yakni anak muda milioner, mampu membeli
apapun, tinggal di rumah mewah, foya-foya, kemana-mana pakai VVIP class,
bahkan jet pribadi, dan sebagainya. Bahkan kalau misalkan dia di
Indonesia, bisa saja nyaleg atau bahkan nyapres.
Tapi bayangan
itu salah. Sebab, kebiasaan hidup teman sekos Zuckerberg ini bertolak
belakang dengan kekayaannya. Mozkovitz masih suka naik sepeda kalau ke
kantor, masih tinggal di tempat tinggal sewaan. Ketika suatu hari
dipergoki oleh wartawan Forbes, Moskovitz tampak sedang antre chek-in di
lajur biasa, dan naik pesawat
kelas ekonomi. Padahal, wartawan itu ikut menyaksikan ketika Moskovitz
wawancara dengan Bill Gates dan Melinda Gates untuk komitmennya
menyerahkan setengah hartanya buat yayasan milik Bill Gates.
Tampaknya,
Moskovitz punya pandangan lain tentang uang dan harta. "Saya tidak
pernah merasa uang itu milik saya. Uang adalah resource, sesuatu yang
bisa kita gunakan untuk membuat dunia lebih baik," ucap Dustin Moskovitz
saat ditanya pendapatnya tentang uang. Uang atau harta ternyata tak
mengubah gaya hidupnya yang tetap sederhana.
Ucapan itu
dibuktikan ketika dia membuat Asana. Pengalaman praktisnya di Facebook
tidak disia-siakan. Dia buat web yang di dalamnya berisi banyak aplikasi
untuk manajemen proyek yang diberikan secara gratis. Menurut dia, Asana
dimulai dengan misi untuk membantu umat manusia berkembang, dan
memungkinkan semua tim untuk bekerja sama dengan mudah dan efisien.
Asana
sebenarnya perusahaan kecil dengan tim di bawah 100 orang, sebagian
besar anak-anak muda yang memiliki semangat dan kreativitas. Dalam
penjelasan di situsnya, Asana membahas dan membantu soal strategi
pertumbuhan alternatif. Diharapkan dengan Asana perusahaan bisa
bertumbuh pesat dengan staf yang efisien. Bekerja secara kolektif yang
terdokumentasi akan mampu membuat pencapaian pendapatan yang besar.
Kekayaan
yang besar dari Moskovitz tampaknya bukan pada uang itu semata. Tapi
lebih dari itu. Sikap hidupnya, cara pandang tentang kekayaan, dan
nilai-nilai dirinya cukup menarik. Menurutnya apabila harta bisa
memberikan manfaat buat orang lain secara berkelanjutan, itu sangat
menyenangkannya. Hal ini mengingatkan kita pada seorang filsuf Jerman
yang sohor, Friedrich Nietzsche yang hidup pada 1844-1900, yang
mengatakan : "Barang siapa yang tidak mampu memberi apa-apa, dia juga
tidak bisa merasakan apa-apa".
Meski sebenarnya dia bisa hidup
nikmat di Facebook yang kian tumbuh, tak membuat Moskovitz terantuk
menikmati zona nyaman. Dia memilih memulai sesuatu dengan membangun
Asana.com. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki kekayaan ide yang luar
biasa dan bertekad mewujudkannya hingga berhasil. Keberanian untuk
berubah jualah, yang menjadi kekayaan jiwanya.